Searching...
Thursday 1 January 2015
11:02

Kebudayaan Arab Tidak Selalu Identik dengan Kebudayaan Islam


Pada umumnya, orang banyak yang beranggapan bahwa Kebudayaan Islam adalah Kebudayaan Arab, dan Kebudayaan Arab identik dengan Kebudayaan Islam. Padahal ada titik beda dan titik sama antara keduanya. Demikian juga halnya dengan Kebudayaan Islam, dan kebudayaan islami. Antara kedua keduanya ada unsur persamaan, dan ada pula perbedaannya.

Dalam perspektif sejarah, ketiga jenis kebudayaan tersebut memang berasal dari jazirah Arab, namun teritorial yang sama, bukan berarti pasti melahirkan sesuatu yang homogen. Dari ketiganya ada aspek yang bisa kita pilih dan pilah. Dan selanjutnya menjadi pedoman dalam perilaku kehidupan harian.

Dalam mata diklat Sejarah Kebudayaan Islam / SKI, ada tiga dasar pengetahuan utama yang idealnya menjadi paradigma para pebelajar (siswa) dan pembelajar (guru), yaitu dasar pengetahuan tentang sejarah, dasar pengetahuan tentang kebudayaan, dan dasar pengetahuan tentang Islam. Dalam konteks ini, para ahli berbeda pendapat tentang awal dimulainya sejarah dalam Kebudayaan Islam, dan asal kebudayaan dalam Sejarah Islam.

Ada dua cara pandang yang berbeda dalam pembahasan tentang sejarah dalam Kebudayaan Islam. Pertama, Sejarah Islam dimulai sejak proses penciptaan Nabi Adam AS. Kedua, Sejarah Islam dimulai sejak masa Nabi Muhammad SAW.

Bagi pendapat pertama, Sejarah Islam dimulai sejak diutusnya Nabi Adam As. Ada dua alasan yang mendasari. Pertama, Nabi Adam As. adalah nabi pertama dalam pemahaman ajaran Islam. Kedua, jika Sejarah Islam dimulai sejak masa Nabi Muhammad, berarti ada alur yang terputus antara Nabi Adam sampai Isa bahkan sampai masa sebelum diutusnya Muhammad. Padahal antara Nabi Muhammad dengan rasul-rasul sebelumnya meskipun berbeda dari sisi nama, namun dari sisi akidah ketuhanan memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya.

Bagi Pendapat kedua, Sejarah Islam dimulai sejak awal kenabian Muhammad yang sering dikaji sejak masa menjelang kelahirannya. Karena meski para rasul sejak Adam hingga Isa memiliki misi yang sama dengan Nabi Muhammad, tetapi secara faktual perkembangan Kebudayaan Islam dimulai dan dikembangkan sejak masa Nabi Muhammad (Ahmad Al-Usairy, Terj, Samson Rahman 2003: 4-9).

Dalam hal ini Penulis lebih cenderung pada pendapat yang kedua, yaitu Sejarah Islam dimulai sejak menjelang kelahiran Muhammad. Karena banyak pula yang membahas periodeisasi Sejarah Islam menggunakan pola kedua, yaitu dimulai dari keadaan Arab Pra Islam (menjelang kelahiran Muhammad) sampai diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk berdakwah pada periode Makkah dan Madinah (Ahmad Al-Usairy, terjemah: Samson Rahman 2003: 4-9). Karena hampir seluruh umat manusia di dunia ini mengetahui Islam (meski belum tentu sepenuhnya benar), adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

Dan mengenai asal kebudayaan dalam Sejarah Islam, para ahli juga berbeda pendapat, ada beranggapan bahwa Kebudayaan Arab adalah Kebudayaan Islam, ada pula yang berkeyakinan bahwa Kebudayaan Islam adalah semua kebudayaan yang berasal dari umat Islam. Bahkan ada pula yang membedakannya dengan kebudayaan islami. Untuk lebih jelasnya, sebaiknya kita membahas masalah kebudayaan mulai dari pengertiannya baik denotatif maupun konotatif.

Makna kebudayaan
Secara bahasa, kata kebudayaan berasal dari kata budaya. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta budhayah. Jika diurai kata ini berasal dari kata budi atau akal, kemudian diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan budi atau akal manusia (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, Senin 14 Maret 2011). Dalam Kamus Bahasa Indonesia, budaya berarti pikiran, atau akal budi, sedangkan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian, adat, dan lain-lain (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008: 243).

Makna kebudayaan dalam bahasa Inggris adalah culture, Sementara dalam bahasa Arab, kata yang biasa dipakai untuk menunjuk pada kebudayaan adalah al-hadlarah, terkadang juga al-tsaqafah (kata yang terakhir biasanya dipakai untuk padanan kata peradaban, atau civilization, dalam bahasa Inggrisnya).

Pengertian kebudayaan secara terminologis
Dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang dihasilkan dari akal pikiran, perasaan, dan perbuatan manusia. Secara umum kebudayaan terbagi menjadi 2 kategori, yaitu abstrak dan konkret. Kebudayaan yang bersifat abstrak yaitu sesuatu yang secara prinsip diakui keberadaannya namun tidak terlihat, misalnya ide / gagasan, dan kepercayaan. Sedangkan kebudayaan yang bersifat konkret adalah sesuatu yang dapat terlihat secara kasat mata, misalnya benda-benda yang dibuat manusia.

Kata kebudayaan sering disetarakan dengan kata peradaban. Padanan kata peradaban dalam Bahasa Inggris adalah civilization yang berakar kata civic, artinya yang berhubungan dengan hak dan kewajiban warga negara. Oleh karena itu civilisasi berarti menjadikan seorang warga negara hidup lebih baik, teratur, tertib, sopan dan berkemajuan. Ciri-ciri masyarakat seperti itu adalah masyarakat yang beradab. Hal ini sesuai dengan asal kata peradaban, yaitu adab yang berarti sopan santun (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, Senin 14 Maret 2011).

Makna peradaban secara leksikal menurut kamus Bahasa Indonesia adalah kecerdasan lahir batin, dan tingkat kehidupan yang lebih maju, baik secara moral maupun material (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008; 27).

Secara istilah, peradaban (walau terkadang dianggap sama dengan kebudayaan) adalah pengetahuan praktis yang dimaksudkan untuk mengangkat derajat kehidupan manusia untuk dapat menguasai alam sekitar. Perbandingan di atas menunjukkan bahwa peradaban memiliki nilai yang lebih tinggi disbanding dengan kebudayaan. (Musyrifah Sunanto,2003; hal. 3).

Makna Kebudayaan Islam
Islam tidak identik dengan Arab, karena tidak semua bangsa Arab pasti beragama Islam, banyak pula anggota masyarakat yang berasal dari bangsa Arab namun tidak beragama Islam. Karena itu, jika ada suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di wilayah Arab, maka kebudayaan tersebut dinamakan Kebudayaan Arab, walaupun ada juga yang menyebutnya Kebudayaan Islam. (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Arab, Senin 14 Maret 2011). Terhadap pernyataan ini muncul dua pendapat :

Pertama, bahwa kebudayaan itu disebut sebagai kebudayaan Arab, karena kebudayaaan ini tumbuh dan besar di tanah Arab. Sering juga disebut kebudayaan Timur Tengah, atau budaya padang pasir.

Kedua, disebut sebagai Kebudayaan Islam. Sebab, meskipun kebudayaan ini lahir di tanah Arab, tetapi selanjutnya, Islam sangat berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan kebudayaan ini.

Dengan demikian, anggapan bahwa kebudayaan itu adalah Kebudayaan Islam, karena Islam adalah agama yang telah membesarkan kebudayaan tersebut.

Menurut pendapat Penulis, kedua pendapat itu dapat dibedakan pada aspek sudut pandangnya. Kalau dilihat dari sisi kebangsaan, atau teritorial maka kebudayaan tersebut dinamakan Kebudayaan Arab. Dan jika dilihat dari dominasi keagamaan yang mempengaruhinya, maka kebudayaan itu dapat dinamakan Kebudayaan Islam. Namun Penulis lebih cenderung untuk menyebut kebudayaan tersebut adalah kebudayaan Arab. Karena sebagaimana kebudayaan yang tumbuh di Indonesia, tetap disebut sebagai Budaya Indonesia, dan bukan Kebudayaan Islam, meskipun Islam adalah agama yang dominan di Indonesia.

Ciri-Ciri dan Struktur Kebudayaan Islam
Ada pemahaman bahwa kebudayaan yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah Kebudayaan Islam, dan bukan kebudayaan Arab, (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Arab, Senin 14 Maret 2011). maka dalam hal ini ada dua cara pandang yang berbeda:

Pertama, Kebudayaan Islam adalah semua hasil cipta dan karya yang dihasilkan dalam pemerintahan Islam, atau komunitas yang mayoritas muslim, dengan Islam sebagai agama individu, atau komunitas pencetusnya.

Kedua, Kebudayaan Islami adalah suatu cipta dan karya yang bersumber dari dasar ajaran Islam, apa pun agama individu, atau komunitas pencetusnya meskipun berada dibawah pemerintahan non muslim.

Dalam hal ini Penulis lebih cenderung berpendapat bahwa Kebudayaan Islam adalah kebudayaan yang mutlak berasal dari ajaran Islam, dicetuskan dan dilakukan oleh umat Islam. Kebudayaan Islam secara khusus adalah sesuatu yang dihasilkan umat Islam baik dalam bentuk konkret maupun abstrak, yang secara prinsip bersumber pada ajaran Islam. Misalnya model baju penutup aurat, bersekolah, hidup bersih, dan sebagainya.

Dan Kebudayaan Islami adalah suatu cipta dan karya manusia baik muslim maupun non muslim yang berangkat dari sumber ajaran Islam. Misalnya membuat sapu, dan kebiasaan menyapu, walaupun dilakukan oleh orang non muslim, maka perbuatan dan kebiasaan itu disebut Kebudayaan Islami, karena bersumber dari ajaran Islam tentang kewajiban hidup bersih. Maka wajar saja kalau ada orang yang berkata bahwa dia telah melihat banyak kebudayaan islami di dunia Barat (baca; mayoritas non muslim), meskipun disana sangat jarang umat Islam, sebaliknya kebudayaan islami itu belum banyak teraplikasikan di dunia bagian Timur (baca; mayoritas muslim), meskipun banyak penduduknya beragama Islam.

Tujuan dan Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam
ilmu sejarah, yaitu: masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Ketiga dimensi waktu itu menunjukkan adanya kesatuan waktu yang saling berkesinambungan yang di dalamnya terdapat berbagai peristiwa dan perubahan. Untuk dapat memahami berbagai perubahan tersebut, manusia yang hidup pada saat ini harus belajar dari masa lampau. Berbekal dari pengetahuan masa lampau itu manusia pada masa sekarang dapat mengambil keputusan yang tepat demi kebaikan saat ini dan masa yang akan datang. Dan diharapkan untuk tidak mengulangi kesalahan sebagaimana yang telah dilakukan pada masa lampau. (http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah, Senin 14 Maret 2011).

Sekalipun peristiwa masa lalu tidak akan terulang pada masa sekarang, tetapi pesan, nilai, dan pelajaran yang terkadung di dalamnya tidak pernah sirna atau basi. Sejarah sebagai ’ibrah, berarti menjadikan masa lalu yang positif sebagai contoh untuk ditiru dan ditingkatkan menjadi lebih baik lagi, dan menjadikan yang negatif sebagai pelajaran agar tidak terulang lagi, karena seekor keledai pun tidak akan masuk ke dalam lubang yang sama hingga dua kali.

Tujuan mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam pada umumnya Dalam konteks ini sebagaimana tercantum dalam Permenag Nomor 2 Tahun 2008, lampiran 3 b – bab VII, tentang SK – KD, yaitu:
  • Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai dan norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam
  • Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat sebagai sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan
  • Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar berdasarkan pendekatan ilmiah
  • Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan terhadap peninggalan Sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam masa lampau
  • Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek, seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam
Sedangkan manfaat mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam adalah :
  • Menumbuhkan rasa cinta terhadap Kebudayaan Islam yang merupakan buah karya kaum muslimin masa lalu
  • Mengetahui lintasan peristiwa, waktu dan kejadian yang berhubungan dengan Kebudayaan Islam
  • Mengetahui tempat-tempat bersejarah dan para tokoh yang berjasa dalam perkembangan Islam
  • Memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para ulama dan tokoh Islam lainnya untuk diteladani-dalam-kehidupan-sehari-hari
Bentuk / Wujud Kebudayaan
Bentuk / wujud kebudayaan menurut J.J. Hoenigman, ada tiga macam, yaitu: gagasan, aktivitas, dan artefak

1. Gagasan/ide merupakan wujud kebudayaan yang berbentuk kumpulan proses, atau hasil pikiran berupa ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak misalnya pemikiran di bidang ilmu sejarah, filsafat, matematika, fisika, kedokteran, dan lain-lain.
2. Aktivitas (tindakan) adalah wujud kebudayaan berupa suatu perbuatan seseorang, atau komunitas. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Misalnya, acara lamaran, dan perayaan pesta perkawinan.
3. Artefak (karya) adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil atau cipta dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya konkret. Misalnya, rumah tinggal, tempat beribadah, dan lain-lain.

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ide mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) untuk menghasilkan karya (artefak).

Berdasarkan wujudnya tersebut, menurut para ahli, budaya memiliki dua sifat yaitu :
a. Kebudayaan material (adalah semua ciptaan masyarakat yang nyata, dan konkret. Misalnya, televisi, stadion olahraga, dan lain-lain)
b. Kebudayaan nonmaterial (Ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya, cerita rakyat, lagu, dan lain-lain. (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, Senin 14 Maret 2011).

Setelah kita mengetahui dan bahkan atau memahami sudut pandang perbedaan antara Kebudayaan Arab, Kebudayaan Islam, dan Kebudayaan Islami, maka seyogyanya tumbuh dalam jiwa kita keinginan untuk dapat melestarikan kebudayaan yang terutama bersumber dari ajaran Islam. Lebih dari itu, ekspektasinya adalah kemampuan untuk dapat mengaplikasikan kebudayaan transcendental itu dalam perilaku kehidupan kita sehari-hari. Sehingga kemungkinan untuk mewujudkan kembali masa keemasan Islam dapat lebih terbuka peluangnya. Hal ini tentunya memerlukan dukungan dari semua pihak, mulai dari hal yang paling kecil, dan tentunya mulai sekarang juga.

0 comments:

Post a Comment

 
Back to top!