Searching...
Saturday, 28 February 2015

Siapa Sebenarnya yang Ingkar Terhadap Al-Qur’an

Biasanya, kaum pro-hadits yang kerap kali menjuluki diri mereka sebagai golongan Ahlul Sunnah, mengemukakan beberapa komentar umum mengenai orang-orang yang berpedoman hanya kepada Al-Qur’an :
  • Mereka yang menolak hadits-hadits Bukhari dan kawan-kawan adalah Inkar Sunnah alias kafir.
  • Mereka yang berpedoman hanya pada Al-Qur’an itu telah sesat atau murtad.
  • Mereka yang berpedoman hanya pada Al-Qur’an itu tidak menghargai Muhammad.
  • Mereka yang menolak hadits-hadits Bukhari sama saja dengan menolak Al-Qur’an.
  • Mereka yang menolak hadits-hadits akan membuat bingung dan bahkan sesat orang-orang yang tertarik untuk mempelajari Islam.
Bila mengikuti Al-Qur’an ternyata menyesatkan, lalu buat apa ia diwahyukan? Kalau untuk memahami Al-Qur’an diperlukan saringan yang diciptakan oleh “orang-orang pintar,” buat apa ia diakui sebagai petunjuk bagi umat manusia. Bukankah hal ini sama saja dengan bualan belaka?
Sekarang akan kita lihat siapa yang sebenarnya inkar terhadap Allah dan Al-Qur’an yang mulia.

Penyelewengan No. 1 –  Ketamatan Al-Qur’an
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat seperti kamu.  Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (Qur’an 6:38)

“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qur’an  6:115)

Kaum Inkar Al-Qur’an, atau Ahlul Sunnah, sama sekali tidak bisa memahami ayat semacam 6:38 dan 6:115 yang menjelaskan bahwa Al-Qur’an itu tamat. Mereka tidak bisa mengerti bahwa kata “tamat” berarti tidak akan ada lagi lanjutannya atau Al-Qur’an seri 2. Dan “sempurna” berarti tidak mungkin ada kitab lain yang bisa membuat Al-Qur’an menjadi “lebih sempurna.”

Tapi apa yang mereka katakan mengenai Al-Qur’an yang tamat dan sempurna ini? “Tamat” ternyata diartikan “tidak tamat beneran” sehingga masih ada Al-Qur’an part 2 yang baru sukses dibentuk dua abad lebih setelah Muhammad wafat, yang pembuatannya saja TIDAK PERNAH diizinkan beliau (sesuai pengakuan kaum pro-hadits sendiri dalam Al-Qur’an terjemahan DepAg yang covernya agak kecoklatan dengan ukiran-ukiran, halaman 96). “Sempurna” mungkin “tidak terlalu sempurna” bagi mereka. Alhasil, dengan hal ini sama saja menyatakan bahwa Allah salah memberikan wahyu, karena Al-Qur’an tidak mungkin tamat kalau apa-apa yang mereka mau “untuk ada” ternyata tidak terkandung di dalamnya.

Penyelewengan No. 2 –  Segala Sesuatu
“Pada hari Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu menjadi saksi atas seluruh umat manusia.  Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (Qur’an  16:89)

“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur’an ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali mengingkari.” (Qur’an  17:89)

“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Qur’an ini setiap macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” (Qur’an  18:54)

Yang kedua adalah terhadap ayat-ayat semacam 16:89, 17:89, dan 18:54 yang intinya menjelaskan bahwa Al-Qur’an sudah cukup untuk menjelaskan segala sesuatu. Nah, mereka yang yakin kepada Al-Qur’an tahu betul bahwa kalau Allah mewahyukan bahwa Al-Qur’an bisa menjelaskan segala sesuatu, ya pasti bisa, tidak perlu kitab-kitab “apendiks” yang penuh kontradiksi untuk menjelaskannya. Dan mereka yakin betul bahwa Allah bukanlah tuhan yang lemah yang bahkan tidak becus menjelaskan wahyu-Nya sendiri sehingga perlu kata-kata manusia untuk “menambal” kekurangannya.

Tapi apakah kata kaum Inkar Al-Qur’an? Mereka meyakini betul bahwa hadits-hadits Bukhari dan kawan-kawan berfungsi sebagai “penjelasan tambahan atas segala sesuatu” yang “tidak ada” di dalam Al-Qur’an. Entah imajinasi dari mana sehingga mereka berani menginjak-injak Al-Qur’an dengan seenaknya berbohong bahwa Al-Qur’an tidak menjelaskan segala sesuatu padahal Allah berkata sebaliknya. Biasanya nama Muhammad pun dibawa-bawa di sini sebagai tameng yang pada intinya untuk memperkuat validasi bahwa karena Muhammad lah sang penerima wahyu, maka laporan yang dikompilasi oleh Bukhari dan kawan-kawan, meskipun tidak pernah disetujui ataupun diizinkan oleh orang yang diakui sebagai sumbernya, wajib diimani.

Mereka selalu beranggapan bahwa bila pertanyaan mereka tentang suatu dogma tertentu tidak ada dalam Al-Qur’an tidak bisa terpuaskan, maka Al-Qur’an memang tidak menjelaskan segala sesuatu atau orang yang kebetulan ditanya dianggap sesat. Canggih bukan? Yah, begitulah.

Penyelewengan No. 3 –  Sang Pembeda (Al-Furqaan)
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan Sang Pembeda…” (Qur’an  2:185)

Ayat 2:185 secara eksplisit mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah Sang Pembeda, yaitu kriteria yang berhak untuk membedakan antara yang benar dan yang salah. Mereka yang meyakini Al-Qur’an dan hanya Al-Qur’an tahu betul bahwa salah satu syarat suatu kitab agar dapat layak disebut sebagai Sang Pembeda adalah kitab tersebut harus lengkap dan terperinci.

Tapi menurut kaum Inkar Al-Qur’an, kenyataannya dibalik 180 derajat. Kalau Al-Qur’an tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai Sang Pembeda, hanya karena apa yang dicari-cari oleh mereka, demi memuaskan ego dan ilusi mereka, dianggap (sekali lagi) “tidak ada” dalam ayat-ayatnya, maka aman-aman saja untuk menggunakan kitab-kitab hadits Bukhari dan kawan-kawan sebagai Sang Pembeda berikutnya (68:36-38). Yah, semacam piala bergilir mungkin.

“Kenapa kamu? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan? Atau adakah kamu mempunyai sebuah kitab yang kamu mempelajarinya, bahwa di dalamnya kamu benar-benar boleh memilih apa yang kamu sukai untukmu?” (Qur’an  68:36-38)

Penyelewengan No. 4 –  Terperinci
“Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan Al-Kitab kepadamu yang dijelaskan secara terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan Al-Kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa ia itu diturunkan dari Tuhanmu dengan kebenaran. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu.” (Qur’an  6:114)

“Alif Laam Raa. Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.” (Qur’an  11:1)

Selanjutnya adalah pemahaman mengenai kata “terperinci” yang tertera dalam 6:114 dan 11:1 misalnya. Mereka yang yakin terhadap kebenaran Al-Qur’an paham betul bahwa saat Allah mewahyukan Al-Qur’an itu terperinci, maka berarti Al-Qur’an itu terperinci. Maksudnya mengandung semuanya, dijelaskan secara detil, dan memuat berbagai perumpamaan yang, apabila dipelajari sungguh-sungguh, akan memberikan petunjuk.

Kalau menurut kaum Inkar Al-Qur’an bagaimana? Sudah barang tentu kata “terperinci” itu mungkin saja dipahami sebagai “terperinci sih, tapi tidak terlalu juga deh, makanya kan masih diperlukan kitab-kitab Bukhari dan kawan-kawan buat lebih memperinci lagi” atau semacam itu. Jelas kan perbedaan keyakinannya terhadap Al-Qur’an. Apa mereka kesulitan membaca? Sehingga kata sesederhana “terperinci” saja begitu sulit untuk diterima? Kalau terperinci tidak berarti lengkap dan menjelaskan segala sesuatu secara detil, lalu apa arti kata ini yang digunakan Allah dalam wahyu-Nya?

Penyelewengan No. 5 –  Tidak Ada Keraguan
“Kitab itu tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Qur’an  2:2)

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? Kalau kiranya ia itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (Qur’an  4:82)

Allah mewahyukan bahwa Al-Qur’an sama sekali tidak mengandung keraguan (2:2). Seperti biasa, mereka yang yakin terhadap Al-Qur’an pastilah akan berjuang sekuat tenaga untuk menyelam ke dalam Al-Qur’an demi mencari petunjuk, meski dibutuhkan bertahun-tahun untuk menjawab pertanyaan yang kelihatannya sederhana. Kitab yang sudah tidak ada keraguan, tidak perlu dicemari dengan kitab-kitab yang di dalamnya penuh dengan keraguan dan kontradiksi (4:82).

Ironisnya, meski Allah sudah wanti-wanti bahwa Al-Qur’an itu tidak ada keraguan sedikit pun, mereka yang Inkar Al-Qur’an tetap saja membandel. Jelaslah hasilnya bahwa kata semacam “terperinci,” “segala sesuatu,” atau “tamat” begitu sulit dipahami sehingga perlu “diakalin” biar hadits-hadits ciptaan manusia yang penuh kontradiksi itu tetap bisa sebagai sekutu dari Kitab-Nya yang mulia. Jelaslah bahwa mereka berada dalam keraguan yang nyata, meski Allah telah sekali lagi mengingatkan dalam akhir ayat 6:114 bahwa janganlah kita termasuk orang yang ragu. Ragu dengan apa? Salah satunya adalah dengan sifat Al-Qur’an yang terperinci sesuai bunyi ayat yang sama tersebut.

Maka tidaklah heran apabila pada akhirnya rasul akan berkata :
“Berkatalah rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini suatu yang ditinggalkan.”” (Qur’an  25:30)

Apakah Allah Semata Cukup Bagi Anda?
“Dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati.” (Qur’an  39:45)

Silakan anda renungkan jawaban anda atas pertanyaan tersebut, karena itu akan menentukan keputusan anda. Dan ini mungkin adalah keputusan yang paling penting yang harus anda tentukan dalam hidup anda. Maha terpuji bagi Allah, Pemelihara semesta alam.

0 comments:

Post a Comment

 
Back to top!