Salah satu pertengkaran soal kesehatan yang paling sering dialami antara orangtua dan anak adalah minum obat. Bayi Anda memuntahkan kembali cairan obatnya, sementara kakaknya suka mengatupkan mulutnya atau malah mendebat. Anak-anak bisa bertempur ‘sampai titik darah penghabisan.’ Nah bagaimana triknya agar mau minum obat sambil mengerti bahwa itu demi kesembuhannya?
Mengapa anak-anak menolak obat? Mungkin karena rasa obat memang tidak enak, bahkan jika sudah ditambahkan rasa yang biasanya disukai anak-anak, entah stroberi atau jeruk. Dan juga, karena menurut anak yang sakit, segalanya terasa seperti perintah, permintaan dan gangguan.
Apa yang Anak Alami
Anak yang sakit sudah berada dalam keadaan emosional dan regresi. Ini bisa melahirkan penolakan pada apapun yang disarankan. Untuk menghindari perdebatan dan pertengkaran, akui perasaan anak Anda. Anda bisa mengatakan, “Kamu mungkin tidak ingin minum obat ini sekarang, tetapi setelah kamu meminumnya, kamu akan segera merasa lebih sehat.” Kemudian berikan pilihan untuk membuat obat itu lebih bisa ditelan dan menyenangkan. Lebih gampang dikatakan daripada dilakukan? Nah, tip-tip di bawah ini yang sudah teruji, mungkin bisa membantu Anda.
Jelaskan bagaimana obat membuat anak-anak sembuh
Anak-anak kecil tidak selalu memahami bagaimana cara kerja obat. Anda dapat menjelaskannya dengan mengatakan, “Obat ini akan membantumu merasa lebih baik supaya kamu bisa segera kembali bermain di taman.” Anda juga dapat menjelaskan apa yang bisa dicapai oleh obat. “Tadi malam kamu tidak terbangun sama sekali. Nah itu karena obat sudah mengambil rasa sakitmu.”
Buatlah rasa obat menjadi lebih enak, asalkan disetujui dokter
Kadang-kadang, obat cair yang telah didinginkan menjadi lebih mudah ditelan anak-anak. Dan kalau dokter Anda membolehkan, Anda juga bisa memasukkan obat itu ke dalam jus atau menambahkan rasa ke dalamnya. Tanyakan kepada dokter atau apoteker, apakah obat yang akan diberikan kepada anak Anda rasanya tidak enak, dan apakah aman jika ditambahkan rasa ke dalamnya. Anda juga bertanya apakah aman mencampur obat cair dengan jus atau makanan. Yang terpenting, bertanya dulu kepada dokter atau perawat khusus anak-anak untuk memastikannya, sebelum Anda melakukannya. Jus jeruk orange kerap dipakai untuk menyembunyikan rasa obat yang tidak enak.
Beri obat pada waktu dan tempat yang sama
Ini membantu menciptakan titik tertentu di rumah Anda untuk memberi obat dan menciptakan rutinitas. Agar bisa sesuai jadwal, tempelkan daftarnya di pintu kulkas atau pintu kamar anak Anda. Setiap kali selesai minum obat, mintalah anak Anda untuk mencoretnya atau menempelkan stiker di daftar tersebut.
Berikan pilihan kapan pun Anda bisa
Minum obat adalah hal yang tidak boleh dinegosiasikan, tetapi hal-hal lainnya bisa. Bahkan pilihan paling sederhana akan memuaskan kebutuhan anak yaitu rasa kontrol terhadap keadaan dan tubuhnya. Berikan dua pilihan sederhana seperti, “Apakah kamu ingin minum obatnya sebelum berpakaian atau setelahnya?” atau “Setelah minum obat kamu mau jus apel, jeruk atau anggur?”
Hindari pemaksaan secara fisik
Kalau Anda mulai memegang erat anak untuk memberinya obat maka pada kesempatan berikutnya Anda terpaksa melakukannya lagi dan lagi. Nah, kalau Anda sudah sampai memaksa anak secara fisik untuk minum obat secara teratur, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter atau perawat untuk mendapat saran profesional.
Jelaskan konsekuensi-konsekuensinya
Apabila anak menolak minum obat, jelaskan bahwa ia sedang membuat pilihan yang memiliki beberapa konsekuensi. Anda dapat mengatakan, “Berarti Mama sedang melihat kamu sengaja memilih untuk tetap diam di rumah dan tidak pergi keluar untuk bermain, kecuali kamu mau minum obat ini.” Dan kalau ia tetap tidak mau minum obat dan Anda nyaris memaksanya minum, cobalah mengatakan seperti, “Mama lihat kamu memilih untuk agar Mama yang meminumkan obat daripada minum sendiri..”
Kalau anak Anda tetap menolak, beri ia ‘jeda’
Sebelum Anda mengambil paksa hak istimewanya, cobalah memberi anak Anda semacam jeda atau istirahat sebentar. Hal ini memungkinkannya untuk menyelamatkan mukanya dan mengembalikan dirinya, secara fisik maupun emosional. Mungkin Anda sendiri juga perlu jeda, peluk anak Anda atau minum air putih dan ambil nafas dalam-dalam. Tetapi pastikan bahwa jeda lima atau sepuluh menit ini ya hanya berlangsung selama itu, tidak molor. Biasanya, setelah jeda, anak maupun Anda sendiri akan lebih mudah, tak lagi perlu berdebat.
Biarkan orang lain mengambil alih
Untuk anak yang benar-benar menolak obat, orangtua bisa membagi tanggung jawab siapa yang harus memberi obat. Jangan hanya ibu atau ayah terus menerus. Kalau ibu tidak berhasil, ayah bisa mengambil alih, begitu pula sebaliknya. Hal ini memberi kesempatan pada orangtua yang tengah bertugas untuk beristirahat dan membantu anak menyadari bahwa kedua orangtuanya mampu menangani perjuangan meminumkan obat ini.
Paksa Anak Minum Obat Bisa Bikin Trauma
Para orang tua dituntut lebih sabar dan terus kreatif ketika memberikan obat-obatan kepada anak-anaknya yang sakit. Bila anak dipaksa meminum obat, maka hal ini berpotensi menimbulkan trauma berkepanjangan.
Bentuk pemaksaan kepada anak kerap dilakukan orang tua melalui tindakan memarahi, mengancam, bahkan memaksa memberi minum obat dengan cara menutup hidung anak. Meski akhirnya obat tertelan, tetapi tindakan ini justru bisa membahayakan. Karena anak bisa tersedak, memunculkan rasa ketakutan sampai trauma.
"Prinsipnya saat anak minum obat itu dengan cara diberitahu. Atau, ibu dapat memberi contoh kepada anaknya. Sehingga si anak tidak takut dan tidak ada keterpaksaan," kata Atilla.
Orang tua dapat secara kreatif memberikan obat-obatan kepada anak lewat permainan atau juga dapat bekerja sama dengan dokter anak. Orang tua dapat meminta obat kepada dokter dengan rasa enak seperti rasa buah-buahan yang disenangi anak.
Menurut Atilla, sebaiknya orang tua juga tidak terlalu buru-buru memberi anak obat-oabatan. Misalnya, ketika penyakit yang diderita anak masih tergolong ringan seperti batuk atau pilek, orang tua cukup memberi minuman air putih hangat, balsem yang menghangatkan serta makanan sehat. Untuk anak bayi, bisa dengan banyak dijemur pada pagi hari.
Trik Anak Mau Minum Obat
Meski banyak obat anak-anak sudah diberi pemanis agar terasa lebih enak, rasa pahit yang tersembunyi masih tetap bisa dirasakan oleh lidah sensitif bayi.
Tak heran jika di usia bayi, anak sudah bisa menolak saat harus minum obat. Dengan pintarnya, bisa jadi ia akan melakukan aksi tutup mulut. Adakah cara efektif untuk membuatnya lebih mudah minum obat?
Silahkan coba beberapa saran berikut :
Mengapa anak-anak menolak obat? Mungkin karena rasa obat memang tidak enak, bahkan jika sudah ditambahkan rasa yang biasanya disukai anak-anak, entah stroberi atau jeruk. Dan juga, karena menurut anak yang sakit, segalanya terasa seperti perintah, permintaan dan gangguan.
Apa yang Anak Alami
Anak yang sakit sudah berada dalam keadaan emosional dan regresi. Ini bisa melahirkan penolakan pada apapun yang disarankan. Untuk menghindari perdebatan dan pertengkaran, akui perasaan anak Anda. Anda bisa mengatakan, “Kamu mungkin tidak ingin minum obat ini sekarang, tetapi setelah kamu meminumnya, kamu akan segera merasa lebih sehat.” Kemudian berikan pilihan untuk membuat obat itu lebih bisa ditelan dan menyenangkan. Lebih gampang dikatakan daripada dilakukan? Nah, tip-tip di bawah ini yang sudah teruji, mungkin bisa membantu Anda.
Jelaskan bagaimana obat membuat anak-anak sembuh
Anak-anak kecil tidak selalu memahami bagaimana cara kerja obat. Anda dapat menjelaskannya dengan mengatakan, “Obat ini akan membantumu merasa lebih baik supaya kamu bisa segera kembali bermain di taman.” Anda juga dapat menjelaskan apa yang bisa dicapai oleh obat. “Tadi malam kamu tidak terbangun sama sekali. Nah itu karena obat sudah mengambil rasa sakitmu.”
Buatlah rasa obat menjadi lebih enak, asalkan disetujui dokter
Kadang-kadang, obat cair yang telah didinginkan menjadi lebih mudah ditelan anak-anak. Dan kalau dokter Anda membolehkan, Anda juga bisa memasukkan obat itu ke dalam jus atau menambahkan rasa ke dalamnya. Tanyakan kepada dokter atau apoteker, apakah obat yang akan diberikan kepada anak Anda rasanya tidak enak, dan apakah aman jika ditambahkan rasa ke dalamnya. Anda juga bertanya apakah aman mencampur obat cair dengan jus atau makanan. Yang terpenting, bertanya dulu kepada dokter atau perawat khusus anak-anak untuk memastikannya, sebelum Anda melakukannya. Jus jeruk orange kerap dipakai untuk menyembunyikan rasa obat yang tidak enak.
Beri obat pada waktu dan tempat yang sama
Ini membantu menciptakan titik tertentu di rumah Anda untuk memberi obat dan menciptakan rutinitas. Agar bisa sesuai jadwal, tempelkan daftarnya di pintu kulkas atau pintu kamar anak Anda. Setiap kali selesai minum obat, mintalah anak Anda untuk mencoretnya atau menempelkan stiker di daftar tersebut.
Berikan pilihan kapan pun Anda bisa
Minum obat adalah hal yang tidak boleh dinegosiasikan, tetapi hal-hal lainnya bisa. Bahkan pilihan paling sederhana akan memuaskan kebutuhan anak yaitu rasa kontrol terhadap keadaan dan tubuhnya. Berikan dua pilihan sederhana seperti, “Apakah kamu ingin minum obatnya sebelum berpakaian atau setelahnya?” atau “Setelah minum obat kamu mau jus apel, jeruk atau anggur?”
Hindari pemaksaan secara fisik
Kalau Anda mulai memegang erat anak untuk memberinya obat maka pada kesempatan berikutnya Anda terpaksa melakukannya lagi dan lagi. Nah, kalau Anda sudah sampai memaksa anak secara fisik untuk minum obat secara teratur, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter atau perawat untuk mendapat saran profesional.
Jelaskan konsekuensi-konsekuensinya
Apabila anak menolak minum obat, jelaskan bahwa ia sedang membuat pilihan yang memiliki beberapa konsekuensi. Anda dapat mengatakan, “Berarti Mama sedang melihat kamu sengaja memilih untuk tetap diam di rumah dan tidak pergi keluar untuk bermain, kecuali kamu mau minum obat ini.” Dan kalau ia tetap tidak mau minum obat dan Anda nyaris memaksanya minum, cobalah mengatakan seperti, “Mama lihat kamu memilih untuk agar Mama yang meminumkan obat daripada minum sendiri..”
Kalau anak Anda tetap menolak, beri ia ‘jeda’
Sebelum Anda mengambil paksa hak istimewanya, cobalah memberi anak Anda semacam jeda atau istirahat sebentar. Hal ini memungkinkannya untuk menyelamatkan mukanya dan mengembalikan dirinya, secara fisik maupun emosional. Mungkin Anda sendiri juga perlu jeda, peluk anak Anda atau minum air putih dan ambil nafas dalam-dalam. Tetapi pastikan bahwa jeda lima atau sepuluh menit ini ya hanya berlangsung selama itu, tidak molor. Biasanya, setelah jeda, anak maupun Anda sendiri akan lebih mudah, tak lagi perlu berdebat.
Biarkan orang lain mengambil alih
Untuk anak yang benar-benar menolak obat, orangtua bisa membagi tanggung jawab siapa yang harus memberi obat. Jangan hanya ibu atau ayah terus menerus. Kalau ibu tidak berhasil, ayah bisa mengambil alih, begitu pula sebaliknya. Hal ini memberi kesempatan pada orangtua yang tengah bertugas untuk beristirahat dan membantu anak menyadari bahwa kedua orangtuanya mampu menangani perjuangan meminumkan obat ini.
Paksa Anak Minum Obat Bisa Bikin Trauma
Para orang tua dituntut lebih sabar dan terus kreatif ketika memberikan obat-obatan kepada anak-anaknya yang sakit. Bila anak dipaksa meminum obat, maka hal ini berpotensi menimbulkan trauma berkepanjangan.
Bentuk pemaksaan kepada anak kerap dilakukan orang tua melalui tindakan memarahi, mengancam, bahkan memaksa memberi minum obat dengan cara menutup hidung anak. Meski akhirnya obat tertelan, tetapi tindakan ini justru bisa membahayakan. Karena anak bisa tersedak, memunculkan rasa ketakutan sampai trauma.
"Prinsipnya saat anak minum obat itu dengan cara diberitahu. Atau, ibu dapat memberi contoh kepada anaknya. Sehingga si anak tidak takut dan tidak ada keterpaksaan," kata Atilla.
Orang tua dapat secara kreatif memberikan obat-obatan kepada anak lewat permainan atau juga dapat bekerja sama dengan dokter anak. Orang tua dapat meminta obat kepada dokter dengan rasa enak seperti rasa buah-buahan yang disenangi anak.
Menurut Atilla, sebaiknya orang tua juga tidak terlalu buru-buru memberi anak obat-oabatan. Misalnya, ketika penyakit yang diderita anak masih tergolong ringan seperti batuk atau pilek, orang tua cukup memberi minuman air putih hangat, balsem yang menghangatkan serta makanan sehat. Untuk anak bayi, bisa dengan banyak dijemur pada pagi hari.
Trik Anak Mau Minum Obat
Meski banyak obat anak-anak sudah diberi pemanis agar terasa lebih enak, rasa pahit yang tersembunyi masih tetap bisa dirasakan oleh lidah sensitif bayi.
Tak heran jika di usia bayi, anak sudah bisa menolak saat harus minum obat. Dengan pintarnya, bisa jadi ia akan melakukan aksi tutup mulut. Adakah cara efektif untuk membuatnya lebih mudah minum obat?
Silahkan coba beberapa saran berikut :
- Selalu berikan obat lewat sudut mulutnya. Bila Anda memberi obat dari arah depan, ada kemungkinan ia akan menyemburkannya.
- Gunakan pipet agar obat lebih mudah ‘menyusup’ meski ia mencoba menutup mulut rapat-rapat. Pemberian dengan pipet juga akan memudahkan bagi bayi yang belum belajar menelan sesuatu dari sendok.
- Pegang ia erat-erat, tetapi jangan terlalu keras. Jika bayi meronta, tunggu sampai ia agak tenang. Pastikan juga tubuhnya tegak agar tidak tersedak.
- Minta bantuan pengasuh untuk menggendong bila Anda cukup kesulitan memberikan obat itu sendirian. Pengasuh bisa membantu mengalihkan perhatian si kecil sementara Anda memasukkan obat ke dalam mulutnya.
- Sesulit apapun, bersabarlah, dan jangan pernah memberi obat pada bayi dengan paksa.
Apa yang diperhatikan dokter saat memberikan obat pada bayi atau anak?
Saat meresepkan obat untuk bayi dan anak, dokter akan melihat:
- Diagnosa penyakit berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium (jika diperlukan).
- Usia bayi. Semakin kecil usia bayi semakin banyak obat yang belum boleh diberikan.
- Berat badan bayi. Dosis obat diberikan berdasarkan berat bayi sehingga penimbangan berat badan sangat penting.
Bergantung jenis obatnya, jika:
- Antibiotik. Tidak boleh! Apapun bentuknya baik itu sirup atau puyer. Antibiotik harus dihabiskan atau sesuai instruksi dokter.
- Racikan. Baik sirup maupun puyer sebaiknya tidak diberikan, dikhawatirkan terdapat jenis obat yang tidak bisa dikonsumsi kembali.
- Obat sirup. Boleh diberikan, misalnya obat penurun panas, batuk, pilek, dan lain-lain.
- Puyer, seperti obat kejang atau obat emergency lainnya, bisa diberikan asalkan kondisi obat tidak berubah, baik warna atau tekstur (menggumpal/tidak). Serta, berat badan atau usia bayi tidak jauh berbeda saat obat tersebut diberikan.
Sebenarnya tidak ada waktu yang pasti. Ibu sebaiknya mengecek kembali kondisi dan tanggal kadaluwarsa obat.
Bagaimana cara penyimpanan yang baik untuk obat sirup sisa?
Lihat kondisi si kecil. Prinsipnya boleh saja, terbatas obat untuk pertolongan pertama, misalnya penurun panas, asalkan usia atau berat badan antara bayi satu dengan lainnya tidak jauh berbeda, bisa menggunakan aturan pemakaian yang sama. Tapi bila berbeda berat badan maupun usianya tanyakan kepada apoteker Anda. Untuk obat-obat selain obat penurun panas disarankan untuk memeriksakan ke dokter agar pengobatan sesuai dengan kondisi dan dosis yang diperlukan.
Mana lebih baik, obat penurun panas golongan paracetamol atau ibuprofen?
Dua-duanya sama saja, namun kadang ada yang merasa lebih cocok menggunakan paracetamol dibandingkan ibuprofen atau sebaliknya. Tapi biasanya untuk anak yang memiliki riwayat kejang atau panas yang sulit turun, dokter mungkin mengombinasikan 2 jenis obat penurun panas yang diberikan secara selang-seling. Untuk kasus yang diduga demam berdarah dengue, pemberian parasetamol menjadi pilihan. Dikarenakan pemberian ibuprofen diduga dapat mengakibatkan turunnya jumlah trombosit.
Kapan boleh diberikan obat penurun panas ulang setelah pemberian yang pertama?
Pemberian diulang 4 - 6 jam setelah pemberian obat sebelumnya. Jika panas sulit turun, ibu dapat memberikan bayi minum lebih banyak dan mengompres badannya dengan air hangat.
Mana lebih baik, obat penurun panas lewat mulut atau anus?
Sama saja, namun obat yang diberikan melalui anus bereaksi lebih cepat. Tetapi pemberiannya disesuaikan juga dengan keluhan si kecil. Jika bayi muntah, obat akan diberikan melalui anus. Namun jika bayi menderita diare, akan lebih efektif jika obat diberikan lewat mulut.
Bolehkah menghentikan pemberian antibiotik sebelum waktunya?
Tidak boleh karena dapat menimbulkan resistensi/kebalnya kuman terhadap obat. Ibu juga tidak boleh mengganti aturan minumnya, misal: 4x1 menjadi 3x1 karena tiap antibiotik memiliki masa kerjanya sendiri. Seandainya si kecil terlewat 1x waktu minum antibiotik, Ibu tetap memberikannya sesuai petunjuk pemakaian dengan selang waktu lebih singkat, misalnya: seharusnya bayi minum obat pukul 9 tapi dipercepat menjadi pukul 6.
Benarkah pemberian antibiotik pada bayi dapat mengakibatkan gigi kuning saat anak besar?
Saat Ibu masih kecil, ada jenis antibiotik Tetracycline. Nah, jenis ini dapat menyebabkan gigi kuning saat si kecil besar. Namun jangan khawatir karena sekarang sudah jarang digunakan.
Apakah obat paten lebih baik daripada obat generik?
Antara paten dan generik memiliki kualitas yang sama. Dikarenakan memiliki kandungan yang sama pula. Obat paten biasanya jauh lebih mahal dibandingkan obat generiknya dikarenakan bahan tambahan, biaya pengemasan dan biaya promosinya. Namun kadang dokter meresepkan obat paten dikarenakan ada beberapa jenis obat yang belum tersedia generiknya.
Mungkinkah terjadi reaksi alergi pada bayi saat pemberian obat? Jika ya, bagaimana ciri-cirinya?
Reaksi alergi karena pemberian obat sangat mungkin terjadi.
Ciri-ciri yang timbul bergantung pada sistem apa yang terkena, misalnya :
Apa tindakan orangtua jika bayinya mengalami reaksi alergi obat?
Yang pertama dilakukan adalah menghentikan penggunaan obat untuk menghindari reaksi yang lebih lagi.
Tindakan yang dapat dilakukan bergantung keluhan yang timbul, jika :
Sebaiknya konsultasikan dengan dokter, jangan menurunkan/menaikkan dosis secara mandiri. Jika overdosis, dapat mengakibatkan gangguan hati dan ginjal pada jangka panjang. Namun, jika dosisnya kurang, maka obat tidak dapat bekerja secara optimal.
Bagaimana jika bayi memuntahkan obat?
Boleh, tetapi Ibu harus memerhatikan waktu pemberiannya. Jangan menggabungkan obat yang seharusnya diminum sebelum makan dengan obat setelah makan.
Manakah yang lebih baik, obat sirup atau puyer?
Sama saja, namun jika obat yang diresepkan jumlahnya banyak, maka demi kepraktisan biasanya dokter meresepkan obat racikan agar si kecil tidak perlu meminum banyak obat.
Bolehkah memberikan obat pada bayi dengan dicampur madu?
Anak-anak sering tidak nyaman dengan rasa obat yang sebagian besar pahit. Untuk memperbaiki rasa sebaiknya bisa diberikan air gula maupun madu murni. Namun kadang dikhawatirkan madu yang beredar belum tentu baik, kadar gula yang tinggi juga bisa menyebabkan batuk. Jika terpaksa harus memberikan puyer yang pahit, Ibu bisa meminta tambahan penetralisir rasa di apotek terdekat.
Bolehkah bayi langsung meminum susu setelah minum obat?
Bergantung jenis obatnya. Ada yang bisa namun ada juga yang menunggu 30 menit setelah pemberian obat, karena ada beberapa obat tertentu yang larut dalam susu. Ada beberapa obat yang boleh diberikan bersama dengan susu. Misalnya sediaan serbuk Lactobacillus (yang biasa digunakan untuk mengatasi diare pada anak). Namun susu harus diminum semuanya agar obat yang diterima si kecil sesuai dengan dosisnya.
Tip mudah memberikan obat pada bayi?
- Tutup botol obat dengan rapat, cuci/lap dengan air hangat untuk menghilangkan sisa obat di luar botol.
- Letakkan di tempat yang tertera dalam kemasan obat. Jika diminta di dalam lemari pendingin, sebaiknya tidak di freezer, tempatkan pada wadah terpisah yang tertutup agar tidak terkontaminasi dari sayuran atau bahan lainnya yang ada dalam lemari pendingin.
- Simpan dalam suhu ruangan yang terjaga (26 - 27 derajat Celsius) dan hindarkan dari sinar matahari langsung.
Lihat kondisi si kecil. Prinsipnya boleh saja, terbatas obat untuk pertolongan pertama, misalnya penurun panas, asalkan usia atau berat badan antara bayi satu dengan lainnya tidak jauh berbeda, bisa menggunakan aturan pemakaian yang sama. Tapi bila berbeda berat badan maupun usianya tanyakan kepada apoteker Anda. Untuk obat-obat selain obat penurun panas disarankan untuk memeriksakan ke dokter agar pengobatan sesuai dengan kondisi dan dosis yang diperlukan.
Mana lebih baik, obat penurun panas golongan paracetamol atau ibuprofen?
Dua-duanya sama saja, namun kadang ada yang merasa lebih cocok menggunakan paracetamol dibandingkan ibuprofen atau sebaliknya. Tapi biasanya untuk anak yang memiliki riwayat kejang atau panas yang sulit turun, dokter mungkin mengombinasikan 2 jenis obat penurun panas yang diberikan secara selang-seling. Untuk kasus yang diduga demam berdarah dengue, pemberian parasetamol menjadi pilihan. Dikarenakan pemberian ibuprofen diduga dapat mengakibatkan turunnya jumlah trombosit.
Kapan boleh diberikan obat penurun panas ulang setelah pemberian yang pertama?
Pemberian diulang 4 - 6 jam setelah pemberian obat sebelumnya. Jika panas sulit turun, ibu dapat memberikan bayi minum lebih banyak dan mengompres badannya dengan air hangat.
Mana lebih baik, obat penurun panas lewat mulut atau anus?
Sama saja, namun obat yang diberikan melalui anus bereaksi lebih cepat. Tetapi pemberiannya disesuaikan juga dengan keluhan si kecil. Jika bayi muntah, obat akan diberikan melalui anus. Namun jika bayi menderita diare, akan lebih efektif jika obat diberikan lewat mulut.
Bolehkah menghentikan pemberian antibiotik sebelum waktunya?
Tidak boleh karena dapat menimbulkan resistensi/kebalnya kuman terhadap obat. Ibu juga tidak boleh mengganti aturan minumnya, misal: 4x1 menjadi 3x1 karena tiap antibiotik memiliki masa kerjanya sendiri. Seandainya si kecil terlewat 1x waktu minum antibiotik, Ibu tetap memberikannya sesuai petunjuk pemakaian dengan selang waktu lebih singkat, misalnya: seharusnya bayi minum obat pukul 9 tapi dipercepat menjadi pukul 6.
Benarkah pemberian antibiotik pada bayi dapat mengakibatkan gigi kuning saat anak besar?
Saat Ibu masih kecil, ada jenis antibiotik Tetracycline. Nah, jenis ini dapat menyebabkan gigi kuning saat si kecil besar. Namun jangan khawatir karena sekarang sudah jarang digunakan.
Apakah obat paten lebih baik daripada obat generik?
Antara paten dan generik memiliki kualitas yang sama. Dikarenakan memiliki kandungan yang sama pula. Obat paten biasanya jauh lebih mahal dibandingkan obat generiknya dikarenakan bahan tambahan, biaya pengemasan dan biaya promosinya. Namun kadang dokter meresepkan obat paten dikarenakan ada beberapa jenis obat yang belum tersedia generiknya.
Mungkinkah terjadi reaksi alergi pada bayi saat pemberian obat? Jika ya, bagaimana ciri-cirinya?
Reaksi alergi karena pemberian obat sangat mungkin terjadi.
Ciri-ciri yang timbul bergantung pada sistem apa yang terkena, misalnya :
- Pencernaan, ditandai bayi mengalami mual, muntah sampai diare.
- Pernapasan, ditandai dengan suara grok-grok akibat produksi lendir yang berlebih. Bahkan bisa sampai terjadi sesak napas.
- Kulit, timbul bercak-bercak merah, gatal sampai melepuh.
Apa tindakan orangtua jika bayinya mengalami reaksi alergi obat?
Yang pertama dilakukan adalah menghentikan penggunaan obat untuk menghindari reaksi yang lebih lagi.
Tindakan yang dapat dilakukan bergantung keluhan yang timbul, jika :
- Ringan, sebatas gatal dan merah-merah, Ibu cukup menghentikan pemberian obatnya dan beri obat topikal pada daerah yang terkena.
- Berat, seperti muntah-muntah, diare sampai sesak, segera hentikan pemberian obat dan bawa ke pusat kesehatan terdekat.
Sebaiknya konsultasikan dengan dokter, jangan menurunkan/menaikkan dosis secara mandiri. Jika overdosis, dapat mengakibatkan gangguan hati dan ginjal pada jangka panjang. Namun, jika dosisnya kurang, maka obat tidak dapat bekerja secara optimal.
Bagaimana jika bayi memuntahkan obat?
- Jika obat yang diberikan langsung dimuntahkan, Ibu bisa memberikan lagi dengan dosis yang sama. Namun jika si kecil muntah setelah 30 menit, Ibu tidak perlu mengulangi, karena usus akan menyerap sebagian besar obat pada waktu 30 - 45 menit setelah pemberian.
- Hubungi dokter anak Anda, bila si kecil bolak-balik muntah. Pemberian dosis obat yang terlalu sering bisa menyebabkan muntah maupun diare, terutama pada beberapa jenis antibiotika. Kalau sudah begini, pemberian antibiotika bisa dilakukan dengan cara disuntik.
Boleh, tetapi Ibu harus memerhatikan waktu pemberiannya. Jangan menggabungkan obat yang seharusnya diminum sebelum makan dengan obat setelah makan.
Manakah yang lebih baik, obat sirup atau puyer?
Sama saja, namun jika obat yang diresepkan jumlahnya banyak, maka demi kepraktisan biasanya dokter meresepkan obat racikan agar si kecil tidak perlu meminum banyak obat.
Bolehkah memberikan obat pada bayi dengan dicampur madu?
Anak-anak sering tidak nyaman dengan rasa obat yang sebagian besar pahit. Untuk memperbaiki rasa sebaiknya bisa diberikan air gula maupun madu murni. Namun kadang dikhawatirkan madu yang beredar belum tentu baik, kadar gula yang tinggi juga bisa menyebabkan batuk. Jika terpaksa harus memberikan puyer yang pahit, Ibu bisa meminta tambahan penetralisir rasa di apotek terdekat.
Bolehkah bayi langsung meminum susu setelah minum obat?
Bergantung jenis obatnya. Ada yang bisa namun ada juga yang menunggu 30 menit setelah pemberian obat, karena ada beberapa obat tertentu yang larut dalam susu. Ada beberapa obat yang boleh diberikan bersama dengan susu. Misalnya sediaan serbuk Lactobacillus (yang biasa digunakan untuk mengatasi diare pada anak). Namun susu harus diminum semuanya agar obat yang diterima si kecil sesuai dengan dosisnya.
Tip mudah memberikan obat pada bayi?
- Ciptakan suasana yang santai, jika si kecil suka mendengar musik maka mainkan musik. Alihkan perhatian agar ia tidak tahu akan diberi obat.
- Hindari penggunaan suara keras saat memberikan obat. Gunakan nada lembut dan Ibu dalam kondisi rileks.
- Posisikan bayi dengan kepala lebih tinggi agar obat tidak masuk ke paru-paru. Umumnya, memberi obat pada bayi lebih susah, karena ia suka berontak. Makanya, posisi tubuhnya musti pas. Caranya? Pangku si kecil, lalu aturlah agar posisinya setengah duduk.
Jangan menelentangkan bayi, sebab obat bisa masuk ke paru-paru. Khusus bayi, sebaiknya obat cair diberikan dengan pipet. Bayi kan belum bisa menelan dari sendok! Ada triknya agar obat tadi benar-benar ditelan si kecil. Misalnya, letakkan pipet di sudut mulut bayi, lalu secara perlahan-lahan keluarkan obat. Letakkan ujung pipet obat di bibir bawah si kecil, biarkan obat mengalir ke dalam mulut.
Betapa sedihnya saat si kecil sakit, rewel, ogah makan atau minum, minta gendong terus, sulit minum obat lagi. Tak jarang, para ibu ikut menangis, dalam hati ataupun linangan air mata. Jika bisa, ingin rasanya menggantikan sakit si kecil, ingin rasanya menjadi tumbal penderitaan si kecil.. Ketika si kecil sakit dan sulit minum obat, orang tua kalang kabut dibuatnya. Bekerja tak lagi nyaman, tidur tak lagi nyenyak, bahkan rela terjaga demi si kecil yang sedang dirundung lara.
Segala upaya sudah ditempuh, bujuk rayu dihembuskan. Apa mau dikata, obat yang dipaksa dicekokkan di mulut mungil si kecil, tetap berhamburan. Keluarlah obat dan isi perut si kecil bersama muntahan. Apa yang akan dilakukan jika ilustrasi di atas menimpa anak kita? Katakanlah si kecil sudah mendapatkan 3 jenis obat sirop berkenaan dengan sakitnya.
Obat dan peralatan penunjang :
Bagaimana jika obat baru masuk, langsung dimuntahkan? Nah ini repotnya. Mau diulang khawatir kelebihan dosis, tidak diulang takut tidak sembuh. Jika dimuntahkan semua, apalagi isi perut ikut terhambur, mau tidak mau diulang. Tentu pakai tenggat waktu, agar si kecil tidak muak.
Bagaimana jika sama sekali tidak bisa minum obat? Ini lebih repot lagi. Misalnya baru ngeliat botol obat sudah muntah. Baru melihat sendok obat sudah hoeekkk. Pendeknya, blasss nggak bisa masuk sedikitpun.
Tenang, sabar, sabar.
Jika panas, ganti obat minum dengan obat yang dimasukkan anus mirip peluru kendali mini, cara ini disebut supositoria. Supaya mudah diingat, obat lewat anus, gitu aja koq repot. Obat anti muntah juga tersedia dalam bentuk supositoria.
Dengan adanya pilihan cara supositoria setidaknya dapat mengurangi jenis dan jumlah obat yang diminum. Misalnya si kecil memerlukan obat antibiotika dan obat panas, maka penurun panas lewat anus sedang antibiotika lewat mulut. Masalahnya, kebanyakan anak tidak suka dengan cita rasa antibiotika. Jika menghadapi kondisi demikian, para orang tua dapat minta bentuk lain, misalnya tetes (drops) sepanjang masih memungkinkan dosisnya dengan tetesan. Intinya, para orang tua bebas dan boleh meminta sediaan obat sesuai kebiasaan si kecil. Misalkan si kecil lebih mudah minum sirup, maka boleh minta sirup. Demikian juga jika si kecil lebih mudah minum obat puyer, maka mintalah puyer.
Perlu diketahui bahwa dosis obat anak sebagian besar dihitung berdasarkan berat badan, bukan umur. Contoh: Anak umur 2 tahun dan anak umur 1 tahun bisa saja dosis antibiotika sama jika berat badan dan penyakitnya sama. Paham kan? Masalah serius adalah jika semua jenis obat tidak bisa masuk, sedangkan obat tersebut mutlak diperlukan. Misalnya anak sakit memerlukan antibiotika dan obat penurun panas.
Penurun panasnya oke, bisa masuk cara supositoria, lalu bagaimana dengan antibiotika?
Perhatian :
Jika anak kita alergi terhadap salah satu jenis obat, hendaknya lapor kepada dokter dengan membawa obatnya. dokter akan memberikan selembar catatan alergi terhadap obat tertentu. jika tidak, orang tua wajib meminta. Hal ini penting agar tidak diberi obat yang sama dikemudian hari oleh dokter lain.
Ingat, alergi tidak sama dengan keracunan, berbeda. Misalkan seseorang alergi antalgin, walaupun minum secuil tetap alergi. Adakalanya seseorang yang awalnya tidak alergi antalgin, suatu saat timbul alergi. Gak perlu marah-marah, lalu ngomel: padahal dulu gak apa-apa koq sekarang jadi gatal. Hal ini bisa terjadi sodara, lantaran menyangkut faktor imunologi.
Obat adalah bahan kimia. Sekecil apapun efek sampingnya, bertanya kepada yang mengerti adalah langkah bijaksana.
Betapa sedihnya saat si kecil sakit, rewel, ogah makan atau minum, minta gendong terus, sulit minum obat lagi. Tak jarang, para ibu ikut menangis, dalam hati ataupun linangan air mata. Jika bisa, ingin rasanya menggantikan sakit si kecil, ingin rasanya menjadi tumbal penderitaan si kecil.. Ketika si kecil sakit dan sulit minum obat, orang tua kalang kabut dibuatnya. Bekerja tak lagi nyaman, tidur tak lagi nyenyak, bahkan rela terjaga demi si kecil yang sedang dirundung lara.
Segala upaya sudah ditempuh, bujuk rayu dihembuskan. Apa mau dikata, obat yang dipaksa dicekokkan di mulut mungil si kecil, tetap berhamburan. Keluarlah obat dan isi perut si kecil bersama muntahan. Apa yang akan dilakukan jika ilustrasi di atas menimpa anak kita? Katakanlah si kecil sudah mendapatkan 3 jenis obat sirop berkenaan dengan sakitnya.
Obat dan peralatan penunjang :
- Obat dan sendok takar (bukan sendok teh atau sendok makan). Sekali lagi sendok takar.
- Pipet plastik obat. Pipet ini bisa didapatkan dengan membeli vitamin atau obat penurun panas drops (tetes) yang ada pipet plastiknya. Usahakan jangan pipet kaca (kalau digigit, bisa pecah). Pastikan keberadaan pipet plastik dalam kemasan obat saat kita membelinya di apotik.
- Gelas kecil atau wadah dari plastik agar tidak pecah saat tersenggol secara tidak sengaja ketika terjadi pemberontakan si kecil.
- Nampan plastik atau kayu dan lap bersih, tissue atau washlap.
- Minuman kesukaan si kecil untuk diminumkan selang-seling dengan minum obat. Misalnya sari buah atau apa saja.
- Siapkan obat dan semua peralatan penunjang di atas sebelum meminumkan obat.
- Kalungkan lap atau kain bersih pada si kecil agar tidak mengotori pakaian jika ada percikan obat.
- Kocok botol obat hingga rata (homogen)
- Tuangkan masing-masing obat sesuai takaran yang dianjurkan ke dalam wadah atau gelas plastik, lalu aduk hingga rata. Jangan dikurangi ya.
- Sekali lagi pastikan dosisnya tepat. Pesankan hal ini jika yang meminumkan obat orang lain atau nenek. (Pengalaman penulis, seorang nenek ada cenderung mengurangi dosis obat dengan alasan kasihan. Ini menurut penuturan mereka sendiri. tidak semua lho, hanya pesan doang)
- Pegang kedua pipi si kecil diantara rahang atas dan bawah dengan lembut agar mulutnya terbuka, kira-kira cukup untuk menyelipkan pipet di sela kedua bibir.
- Minumkan obat sedikit demi sedikit dan selingi dengan minuman kesukaan si kecil atau teh manis agar tidak mblenger. Boleh sambil menimang sebentar (nyanyi ndangdut, india, uyon-uyon juga boleh), lalu dilanjutkan minum obat.
- Ulangi langkah di atas hingga obat habis.
- Tuangkan minuman kesukaan si kecil atau teh manis ke dalam wadah yang mungkin masih ada sisa obat. Aduk dengan pipet plastik sampai rata, kemudian minumkan lagi hingga wadah obat bersih sih sih tanpa sisa.
- Bersihkan sekitar mulut si kecil dengan tissue atau washlap.
Bagaimana jika obat baru masuk, langsung dimuntahkan? Nah ini repotnya. Mau diulang khawatir kelebihan dosis, tidak diulang takut tidak sembuh. Jika dimuntahkan semua, apalagi isi perut ikut terhambur, mau tidak mau diulang. Tentu pakai tenggat waktu, agar si kecil tidak muak.
Bagaimana jika sama sekali tidak bisa minum obat? Ini lebih repot lagi. Misalnya baru ngeliat botol obat sudah muntah. Baru melihat sendok obat sudah hoeekkk. Pendeknya, blasss nggak bisa masuk sedikitpun.
Tenang, sabar, sabar.
Jika panas, ganti obat minum dengan obat yang dimasukkan anus mirip peluru kendali mini, cara ini disebut supositoria. Supaya mudah diingat, obat lewat anus, gitu aja koq repot. Obat anti muntah juga tersedia dalam bentuk supositoria.
Dengan adanya pilihan cara supositoria setidaknya dapat mengurangi jenis dan jumlah obat yang diminum. Misalnya si kecil memerlukan obat antibiotika dan obat panas, maka penurun panas lewat anus sedang antibiotika lewat mulut. Masalahnya, kebanyakan anak tidak suka dengan cita rasa antibiotika. Jika menghadapi kondisi demikian, para orang tua dapat minta bentuk lain, misalnya tetes (drops) sepanjang masih memungkinkan dosisnya dengan tetesan. Intinya, para orang tua bebas dan boleh meminta sediaan obat sesuai kebiasaan si kecil. Misalkan si kecil lebih mudah minum sirup, maka boleh minta sirup. Demikian juga jika si kecil lebih mudah minum obat puyer, maka mintalah puyer.
Perlu diketahui bahwa dosis obat anak sebagian besar dihitung berdasarkan berat badan, bukan umur. Contoh: Anak umur 2 tahun dan anak umur 1 tahun bisa saja dosis antibiotika sama jika berat badan dan penyakitnya sama. Paham kan? Masalah serius adalah jika semua jenis obat tidak bisa masuk, sedangkan obat tersebut mutlak diperlukan. Misalnya anak sakit memerlukan antibiotika dan obat penurun panas.
Penurun panasnya oke, bisa masuk cara supositoria, lalu bagaimana dengan antibiotika?
Perhatian :
Jika anak kita alergi terhadap salah satu jenis obat, hendaknya lapor kepada dokter dengan membawa obatnya. dokter akan memberikan selembar catatan alergi terhadap obat tertentu. jika tidak, orang tua wajib meminta. Hal ini penting agar tidak diberi obat yang sama dikemudian hari oleh dokter lain.
Ingat, alergi tidak sama dengan keracunan, berbeda. Misalkan seseorang alergi antalgin, walaupun minum secuil tetap alergi. Adakalanya seseorang yang awalnya tidak alergi antalgin, suatu saat timbul alergi. Gak perlu marah-marah, lalu ngomel: padahal dulu gak apa-apa koq sekarang jadi gatal. Hal ini bisa terjadi sodara, lantaran menyangkut faktor imunologi.
Obat adalah bahan kimia. Sekecil apapun efek sampingnya, bertanya kepada yang mengerti adalah langkah bijaksana.
0 comments:
Post a Comment