“Tahukah anda orang yang menjadikan hawa-nafsunya sebagai Tuhannya? Apakah anda dapat menjadi pemelihara atasnya? Ataukah anda menyangka kebanyakan mereka itu dapat mendengar dan memahami. Mereka itu seperti ternak bahkan lebih sesat jalan hidupnya.” Kalau memeluk agama sama dengan kebodohan tentu Anda lebih menyukai hidup tanpa agama. Kalau agama itu sama dengan beban yang memberatkan jiwa atau cenderung kepada kehinaan dan kenistaan atau sama dengan gejolak rasialisme tentu anda lebih menyukai hidup tanpa agama!
Tetapi agama bukanlah seperti itu semua bahkan menentang semuanya itu. Orang-orang atheis demikian buruknya mencampuradukkan antara kebenaran yang diturunkan Allah SWT dan kebatilan yang dibuat oleh manusia atas dorongan nafsunya kemudian menganggapnya sebagai agama. Orang yang mengetengahkan suatu kebatilan sebagai agama adalah pendusta dan mengingkari apa yang diketengahkannya itu berarti hukumnya wajib. Manusia dalam zaman kita sekarang ini terbagi-bagi dalam beberapa golongan yang berlainan. Di antara mereka ada yang mengingkari ketuhanan dan membayangkan bahwa alam semesta ini tidak diciptakan oleh Tuhan. Ada pula yang mengakui ketuhanan secara tidak jelas dan menganggap semua agama besar adalah sama dalam hal metode ajarannya ataupun nilainya. Ada juga yang memeluk agama Yahudi atau Nasrani dan tidak bemiat meninggalkan dua agama itu selama-lamanya. Selain itu ada pula yang menganut paganisme yang tak mau tahu kepada agama lain dan ada juga yang memeluk agama Islam rela dan puas bertuhan hanya kepada Allah rela dan puas menerima Islam sebagai agama serta mengakui Muhammad saw sebagai nabi dan rasul.
Di kalangan kaum muslim terdapat orang-orang yang berpikir kacau yaitu mereka yang hidup menurut apa saja yang mereka warisi dari nenek moyang. Berbagai macam sunah berbagai macam bid’ah pengetahuan kebodohan petunjuk yang benar dan hawa nafsu semuanya dicampur aduk. Di antara mereka itu terdapat pula para da’i yang menyerukan kebenaran sebagaimana yang pada zaman dahulu dilaksanakan oleh kaum salaf terkernuka. Dalam perjalanan sejarah sedikit demi sedikit mereka makin terpencil dan pada zaman kita sekarang ini mereka amat sedikit jumlahnya. Kesulitan yang dialami oleh para da’i sebenarnya datang dari gambaran tentang penampilan Islam di dunia Islam.
Gambaran itu membuat orang yang lurus di negeri-negeri lain menjauhkan din dari Islam. Seumpama di suatu negeri Islam yang merdeka orang dapat membantah pemerintahannya tanpa rasa takut atau dapat menentang pendapat kepala negaranya tanpa perasaan cemas sebagaimana pada zaman dahulu dilakukan oleh kaum muslim terhadap dua orang khalifahnya Abu Bakar Shiddiq dan ‘Umar ibn Khaththab. Seandainya penguasa negeri itu berkata kepada seseorang “Hai engkau harus memeluk agama Tauhid sebab itulah agama yang benar” kemudian jika orang itu menjawab “Tidak” ia lalu diancam hendak dibuang atau dipancung kepalanya.
Apakah Anda mengira bahwa orang itu benar-benar memeluk Islam? Tidak sama sekali tidak! Apakah yang menarik hati orang itu sehingga ia memeluk suatu agama yang penguasanya dapat berbuat menghancurkan kota dan mengubur 30.000 sosok mayat di bawah reruntuhan puing-puing? Setelah itu sang penguasa lalu menjadi orang yang “berwibawa” “terjaga keamanannya” dan “diagung-agungkan” melalui berbagai sarana penerangan dan media massa baik yang dekat maupun yang jauh jangkauannya? Orang itu sesungguhnya tetap kafir ia tidak rela masuk ke dalam lingkungan mengerikan itu. Lantas siapakah yang harus bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa seperti itu? Tentu para politikus zalim yang tidak menghayati agama dan sibuk memfitnah Islam melalui kekuasaan yang ada pada mereka. Di sana terdapat pula orang-orang yang sibuk dengan pelbagai macam “ilmu agama” yang menggambarkan agama Islam sebagai penjara dan membuat kaum wanita menjadi bodoh.
Mereka sibuk membuat peraturan-peraturan yang menonjolkan kelemahan kaum wanita seolah-olah kaum wanita merupakan sejenis manusia yang boleh diperkosa hak-haknya; boleh direndahkan kedudukannya; boleh diremehkan akal pikirannya; dan kehadirannya di lapangan ilmu pengetahuan peribadatan dan perjuangan dipandang aneh bahkan mengemudikan mobil pun dicela. Tidaklah mengherankan kalau agama Islam digambarkan demikian itu sehingga menyebabkan kaum wanita di timur maupun barat enggan memeluknya. Mereka tentu berpikir bahwa menghindari agama adalah lebih baik!
Pikiran mereka yang demikian itu pasti didukung oleh beribu-ribu kaum pria. Fitnah yang dilakukan orang terhadap agama Islam dengan cara seperti itu benar-benar sangat memprihatinkan. Saya teringat sebuah cerita di kalangan orang-orang Badui yang mengatakan “Pada suatu hari ada orang yang menawarkan untanya di pasar dengan harga satu dirham tetapi dengan syarat tali kekangnya pun harus dibeli juga dengan harga 10.000 dirham.” Orang-orang yang mendengar penawaran itu pun berkata “Seumpama tidak ada tali yang terkutuk itu alangkah murah harga untanya.” Memang benar alangkah mudahnya memeluk agama Islam seumpama tidak ada orang-orang yang menyebar berbagai macam fitnah! Sekarang kami bertanya “Apakah seorang atheis yang mengingkari Tuhan dan tidak percaya bahwa kelak ia akan dihadapkan kepada-Nya dapat menjadi orang yang lurus dan bijaksana?” Kami jawab bahwa makhluk yang demikian itu sungguh-sungguh tidak sehat penglihatan mata hatinya dan perilakunya. Sikapnya yang ingkar tethadap Tuhannya jauh lebih jahat daripada sikap seorang anak yang berani melawan ayah-bundanya yang penuh kasih-sayang. Orang itu mungkin saja berilmu pengetahuan akan tetapi hal itu tidak menghilangkan kerendahan budinya.
Di masa lalu Amerika Serikat pernah menjatuhkan hukuman mati terhadap seorang ilmuwan nuklir yang menyerahkan rahasia-rahasia tugas pekerjaannya kepada Rusia. Oleh pemerintah Amerika Serikat ia dipandang sebagai pelaku kejahatan besar karena telah mengkhianati tanah air dan bangsanya. Apakah tanah air itu? la adalah sekeping bumi. Apakah bangsa itu? la adalah sekelompok manusia. Bagaimanakah orang yang mengkhianati Tuhan Penguasa bumi dan langit serta Penguasa seluruh umat manusia? Apakah ia tidak dianggap berbuat kejahatan? Kebesaran yang dimiliki seseorang tidak dapat menangkal penyakit berbahaya yang menimpanya. Ada kalanya seorang yang mempunyai pandangan tajam diserang penyakit kanker yang menyebabkan kematiannya. Kekuatan dan ketajaman pandangannya temyata tidak berguna untuk menolak penyakitnya yang parah. Demikian pula orang yang mengingkari Tuhan dan menolak agama-Nya. Betapa pun tinggi ilmunya di bidang tertentu ia adalah orang yang tidak sehat jiwanya tidak lurus jalan pikirannya dan patut dikhawatirkan tingkah-lakunya. Bahkan sesungguhnya ia lebih dekat kepada hewan daripada manusia. Pengabdiannya kepada hawa nafsu membuatnya selalu pesimis terhadap dirinya sendiri dan orang-orang yang di dekatnya.
Allah menghukumnya dalam kehidupan dunia; dan menjadikan kecerdasannya sebagai musuhnya sendiri; dan menggali liang kuburnya dengan tangannya sendiri. Firman Allah dalam Alquran al-Karim melukiskan orang-orang yang hidup mengabdi hawa-nafsunya menolak hidayah Ilahi dan tidak mengharapkan inayah dan rahmah-Nya sebagai berikut “Tahukah engkau orang yang menjadikan hawa-nafsunya sebagai Tuhannya? Apakah engkau dapat menjadi pemelihara atasnya? Ataukah engkau menyangka kebanyakan mereka itu dapat mendengar dan memahami. Mereka itu seperti ternak bahkan lebih sesat jalan hidupnya.” Anda tentu melihat bahwa di berbagai negeri Arab terdapat banyak orang yang condong kepada sekularisme. Mereka berusaha keras menyingkirkan pengaruh Islam dari lapangan pendidikan perundang-undangan kebudayaan dan pengarahan. Cobalah Anda perhatikan sungguh-sungguh bagaimana wajah mereka dan kegiatan mereka. Anda tidak akan dapat melihat adanya tanda-tanda yang menunjukkan bahwa mereka itu berjiwa sehat dan berpikir cermat. Di antara mereka itu terdapat orang-orang yang mengaku “muslim” tetapi tidak menyukai ketentuan yang telah diturunkan oleh Allah.
Di antara mereka itu ada pula para ahli kitab yang menggabungkan diri dengan tiap kekuatan yang memusuhi Islam untuk memperoleh banyak pengikut di kalangan kaum awam dan sekaligus untuk melampiaskan kedengkiannya. Sekalipun demikian mereka pura-pura memperlihatkan sikap tak berpihak! Orang-orang seperti itu tidak mungkin dapat disebut manusia yang lurus dan bijaksana. Sebab kalau benar-benar mereka mempunyai kesadaran rasonal yang semumi-murninya tentu mereka tahu bahwa Isra’il mempersenjatai diri dengan akidah yang agresif dan politik yang memperalat agama untuk merampas tanah air bangsa lain dan menginjak-injak kehormatannya. Bagaimanakah orang dapat menerima agama yang agresif juga membenarkan garis politiknya dan menghormati kekuasaannya? Mereka malah menolak agama yang membela tanah air bahkan menganggap kehadirannya di lapangan pendidikan unutk memperkuat ketahanan nasional sebagai politik kolot yang harus dijauhkan. Persoalannya adalah karena di sini agama Islam dan di sana agama Yahudi!
Bukanlah soal politik dalam agama kalau Islam berjuang membela tanah air. Negara-negara Arab pasti akan ambruk jika zionisme dibiarkan merajalela apalagi kalau politik negara-negara itu memandang zionisme sebagai hikmah dan kemajuan! Bukanlah nalar sehat dan bukan pula suatu kebijakan jika orang menolak kenabian Muhammad saw atau membenci manusia besar itu dan menyerangnya. Kita tentu tertawa geli bila mendengar ada orang yang berpendapat bahwa bumi ini berbentuk segitiga atau segiempat atau bila mendengar ada orang yang mengatakan bahwa Nabi Musa as itu lahir di Amerika Serikat. Bagaimana kita tidak tertawa kalau kita mendengar orang mengatakan Budha itu tuhan sedangkan Muhammad SAW adalah penyamun?! Bagaimana kita tidak tertawa geli jika ada orang yang berpendapat bahwa Islam itu agama penyembah berhala yang menginjak-injak kehormatan manusia atau tidak mengerti bahwa Islam itu agama tauhid dan agama yang suci?! Kalau orang yang demikian itu bukan pura-pura tidak tahu ia pasti orang pandir dan orang pandir tidak mungkin dapat disebut lurus dan bijaksana.
Ada kalanya kepandiran dapat dijadikan alasan untuk membebaskan orang dan tanggung jawab moral pada saat ia bertindak menyalahi ketentuan hukum. Tetapi kepandiran tidak akan dapat dijadikan dalih untuk membagus-baguskan orang yang bersangkutan. Ada sementara orang Yahudi yang percaya bahwa Tuhan bergulat dengan Israil hingga nyaris jatuh tersungkur di hadapannya. Sementara itu orang-orang Nasrani percaya bahwa seorang bayi lahir dalam keadaan menanggung laknat dosa kesalahan yang dilakukan oleh Adam dan jika orang tidak percaya bahwa Isa as mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia maka orang yang tidak percaya itulah yang terkena kutukan abadi! Orang boleh mempunyai kepercayaan apa saja tetapi janganlah ia melampaui batas lingkungan dan kedudukannya sendiri dan jangan pula mendusta-dustakan seorang nabi dan rasul yang datang untuk menjemihkan agama-agama Tuhan dan pencemaran dan menegur manusia yang lari meninggalkan kebenaran Allah dengan menyampaikan firman-Nya “Ataukah belum pernah diberitakan kepadanya apa yang terdapat di dalam kitab suci kepada Musa dan kitab suci kepada lbrahim orang yang selalu menepati janji? Yaitu bahwasanya orang yang berdosa tidak memikul dosa orang lain dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya dan bahwa usahanya itu kelak akan diperlihatkan kemudian ia akan diberi balasan yang sepadan."
Ayat-ayat suci tersebut di atas ibarat dentang suara lonceng yang membangkitkan perasaan takut dan menggugah kesadaran untuk berhati-hati dan selalu ingat. Atau ibarat rambu-rambu yang harus diindahkan orang yang melintasi berbagai persimpangan jalan agar dapat sampai ke arah yang dituju dan tidak tersesat. Tidak mengenal Islam adalah suatu kekurangan yang amat fatal dan orang tidak akan dapat menyempurnakan dirinya kecuali dengan Islam. Bagaimana orang dapat membersihkan diri jika ia tidak merasa butuh kepada taufik dan hidayah llahi kepada janji pahala dan hukuman siksa-Nya; dan bagaimana pula kalau hatinya tidak pemah sedetik pun merasa tunduk kepada-Nya dan tidak juga pemah berucap “Ya Allah ampunilah kesalahanku pada hari Kebangkitan kelak?
Tetapi agama bukanlah seperti itu semua bahkan menentang semuanya itu. Orang-orang atheis demikian buruknya mencampuradukkan antara kebenaran yang diturunkan Allah SWT dan kebatilan yang dibuat oleh manusia atas dorongan nafsunya kemudian menganggapnya sebagai agama. Orang yang mengetengahkan suatu kebatilan sebagai agama adalah pendusta dan mengingkari apa yang diketengahkannya itu berarti hukumnya wajib. Manusia dalam zaman kita sekarang ini terbagi-bagi dalam beberapa golongan yang berlainan. Di antara mereka ada yang mengingkari ketuhanan dan membayangkan bahwa alam semesta ini tidak diciptakan oleh Tuhan. Ada pula yang mengakui ketuhanan secara tidak jelas dan menganggap semua agama besar adalah sama dalam hal metode ajarannya ataupun nilainya. Ada juga yang memeluk agama Yahudi atau Nasrani dan tidak bemiat meninggalkan dua agama itu selama-lamanya. Selain itu ada pula yang menganut paganisme yang tak mau tahu kepada agama lain dan ada juga yang memeluk agama Islam rela dan puas bertuhan hanya kepada Allah rela dan puas menerima Islam sebagai agama serta mengakui Muhammad saw sebagai nabi dan rasul.
Di kalangan kaum muslim terdapat orang-orang yang berpikir kacau yaitu mereka yang hidup menurut apa saja yang mereka warisi dari nenek moyang. Berbagai macam sunah berbagai macam bid’ah pengetahuan kebodohan petunjuk yang benar dan hawa nafsu semuanya dicampur aduk. Di antara mereka itu terdapat pula para da’i yang menyerukan kebenaran sebagaimana yang pada zaman dahulu dilaksanakan oleh kaum salaf terkernuka. Dalam perjalanan sejarah sedikit demi sedikit mereka makin terpencil dan pada zaman kita sekarang ini mereka amat sedikit jumlahnya. Kesulitan yang dialami oleh para da’i sebenarnya datang dari gambaran tentang penampilan Islam di dunia Islam.
Gambaran itu membuat orang yang lurus di negeri-negeri lain menjauhkan din dari Islam. Seumpama di suatu negeri Islam yang merdeka orang dapat membantah pemerintahannya tanpa rasa takut atau dapat menentang pendapat kepala negaranya tanpa perasaan cemas sebagaimana pada zaman dahulu dilakukan oleh kaum muslim terhadap dua orang khalifahnya Abu Bakar Shiddiq dan ‘Umar ibn Khaththab. Seandainya penguasa negeri itu berkata kepada seseorang “Hai engkau harus memeluk agama Tauhid sebab itulah agama yang benar” kemudian jika orang itu menjawab “Tidak” ia lalu diancam hendak dibuang atau dipancung kepalanya.
Apakah Anda mengira bahwa orang itu benar-benar memeluk Islam? Tidak sama sekali tidak! Apakah yang menarik hati orang itu sehingga ia memeluk suatu agama yang penguasanya dapat berbuat menghancurkan kota dan mengubur 30.000 sosok mayat di bawah reruntuhan puing-puing? Setelah itu sang penguasa lalu menjadi orang yang “berwibawa” “terjaga keamanannya” dan “diagung-agungkan” melalui berbagai sarana penerangan dan media massa baik yang dekat maupun yang jauh jangkauannya? Orang itu sesungguhnya tetap kafir ia tidak rela masuk ke dalam lingkungan mengerikan itu. Lantas siapakah yang harus bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa seperti itu? Tentu para politikus zalim yang tidak menghayati agama dan sibuk memfitnah Islam melalui kekuasaan yang ada pada mereka. Di sana terdapat pula orang-orang yang sibuk dengan pelbagai macam “ilmu agama” yang menggambarkan agama Islam sebagai penjara dan membuat kaum wanita menjadi bodoh.
Mereka sibuk membuat peraturan-peraturan yang menonjolkan kelemahan kaum wanita seolah-olah kaum wanita merupakan sejenis manusia yang boleh diperkosa hak-haknya; boleh direndahkan kedudukannya; boleh diremehkan akal pikirannya; dan kehadirannya di lapangan ilmu pengetahuan peribadatan dan perjuangan dipandang aneh bahkan mengemudikan mobil pun dicela. Tidaklah mengherankan kalau agama Islam digambarkan demikian itu sehingga menyebabkan kaum wanita di timur maupun barat enggan memeluknya. Mereka tentu berpikir bahwa menghindari agama adalah lebih baik!
Pikiran mereka yang demikian itu pasti didukung oleh beribu-ribu kaum pria. Fitnah yang dilakukan orang terhadap agama Islam dengan cara seperti itu benar-benar sangat memprihatinkan. Saya teringat sebuah cerita di kalangan orang-orang Badui yang mengatakan “Pada suatu hari ada orang yang menawarkan untanya di pasar dengan harga satu dirham tetapi dengan syarat tali kekangnya pun harus dibeli juga dengan harga 10.000 dirham.” Orang-orang yang mendengar penawaran itu pun berkata “Seumpama tidak ada tali yang terkutuk itu alangkah murah harga untanya.” Memang benar alangkah mudahnya memeluk agama Islam seumpama tidak ada orang-orang yang menyebar berbagai macam fitnah! Sekarang kami bertanya “Apakah seorang atheis yang mengingkari Tuhan dan tidak percaya bahwa kelak ia akan dihadapkan kepada-Nya dapat menjadi orang yang lurus dan bijaksana?” Kami jawab bahwa makhluk yang demikian itu sungguh-sungguh tidak sehat penglihatan mata hatinya dan perilakunya. Sikapnya yang ingkar tethadap Tuhannya jauh lebih jahat daripada sikap seorang anak yang berani melawan ayah-bundanya yang penuh kasih-sayang. Orang itu mungkin saja berilmu pengetahuan akan tetapi hal itu tidak menghilangkan kerendahan budinya.
Di masa lalu Amerika Serikat pernah menjatuhkan hukuman mati terhadap seorang ilmuwan nuklir yang menyerahkan rahasia-rahasia tugas pekerjaannya kepada Rusia. Oleh pemerintah Amerika Serikat ia dipandang sebagai pelaku kejahatan besar karena telah mengkhianati tanah air dan bangsanya. Apakah tanah air itu? la adalah sekeping bumi. Apakah bangsa itu? la adalah sekelompok manusia. Bagaimanakah orang yang mengkhianati Tuhan Penguasa bumi dan langit serta Penguasa seluruh umat manusia? Apakah ia tidak dianggap berbuat kejahatan? Kebesaran yang dimiliki seseorang tidak dapat menangkal penyakit berbahaya yang menimpanya. Ada kalanya seorang yang mempunyai pandangan tajam diserang penyakit kanker yang menyebabkan kematiannya. Kekuatan dan ketajaman pandangannya temyata tidak berguna untuk menolak penyakitnya yang parah. Demikian pula orang yang mengingkari Tuhan dan menolak agama-Nya. Betapa pun tinggi ilmunya di bidang tertentu ia adalah orang yang tidak sehat jiwanya tidak lurus jalan pikirannya dan patut dikhawatirkan tingkah-lakunya. Bahkan sesungguhnya ia lebih dekat kepada hewan daripada manusia. Pengabdiannya kepada hawa nafsu membuatnya selalu pesimis terhadap dirinya sendiri dan orang-orang yang di dekatnya.
Allah menghukumnya dalam kehidupan dunia; dan menjadikan kecerdasannya sebagai musuhnya sendiri; dan menggali liang kuburnya dengan tangannya sendiri. Firman Allah dalam Alquran al-Karim melukiskan orang-orang yang hidup mengabdi hawa-nafsunya menolak hidayah Ilahi dan tidak mengharapkan inayah dan rahmah-Nya sebagai berikut “Tahukah engkau orang yang menjadikan hawa-nafsunya sebagai Tuhannya? Apakah engkau dapat menjadi pemelihara atasnya? Ataukah engkau menyangka kebanyakan mereka itu dapat mendengar dan memahami. Mereka itu seperti ternak bahkan lebih sesat jalan hidupnya.” Anda tentu melihat bahwa di berbagai negeri Arab terdapat banyak orang yang condong kepada sekularisme. Mereka berusaha keras menyingkirkan pengaruh Islam dari lapangan pendidikan perundang-undangan kebudayaan dan pengarahan. Cobalah Anda perhatikan sungguh-sungguh bagaimana wajah mereka dan kegiatan mereka. Anda tidak akan dapat melihat adanya tanda-tanda yang menunjukkan bahwa mereka itu berjiwa sehat dan berpikir cermat. Di antara mereka itu terdapat orang-orang yang mengaku “muslim” tetapi tidak menyukai ketentuan yang telah diturunkan oleh Allah.
Di antara mereka itu ada pula para ahli kitab yang menggabungkan diri dengan tiap kekuatan yang memusuhi Islam untuk memperoleh banyak pengikut di kalangan kaum awam dan sekaligus untuk melampiaskan kedengkiannya. Sekalipun demikian mereka pura-pura memperlihatkan sikap tak berpihak! Orang-orang seperti itu tidak mungkin dapat disebut manusia yang lurus dan bijaksana. Sebab kalau benar-benar mereka mempunyai kesadaran rasonal yang semumi-murninya tentu mereka tahu bahwa Isra’il mempersenjatai diri dengan akidah yang agresif dan politik yang memperalat agama untuk merampas tanah air bangsa lain dan menginjak-injak kehormatannya. Bagaimanakah orang dapat menerima agama yang agresif juga membenarkan garis politiknya dan menghormati kekuasaannya? Mereka malah menolak agama yang membela tanah air bahkan menganggap kehadirannya di lapangan pendidikan unutk memperkuat ketahanan nasional sebagai politik kolot yang harus dijauhkan. Persoalannya adalah karena di sini agama Islam dan di sana agama Yahudi!
Bukanlah soal politik dalam agama kalau Islam berjuang membela tanah air. Negara-negara Arab pasti akan ambruk jika zionisme dibiarkan merajalela apalagi kalau politik negara-negara itu memandang zionisme sebagai hikmah dan kemajuan! Bukanlah nalar sehat dan bukan pula suatu kebijakan jika orang menolak kenabian Muhammad saw atau membenci manusia besar itu dan menyerangnya. Kita tentu tertawa geli bila mendengar ada orang yang berpendapat bahwa bumi ini berbentuk segitiga atau segiempat atau bila mendengar ada orang yang mengatakan bahwa Nabi Musa as itu lahir di Amerika Serikat. Bagaimana kita tidak tertawa kalau kita mendengar orang mengatakan Budha itu tuhan sedangkan Muhammad SAW adalah penyamun?! Bagaimana kita tidak tertawa geli jika ada orang yang berpendapat bahwa Islam itu agama penyembah berhala yang menginjak-injak kehormatan manusia atau tidak mengerti bahwa Islam itu agama tauhid dan agama yang suci?! Kalau orang yang demikian itu bukan pura-pura tidak tahu ia pasti orang pandir dan orang pandir tidak mungkin dapat disebut lurus dan bijaksana.
Ada kalanya kepandiran dapat dijadikan alasan untuk membebaskan orang dan tanggung jawab moral pada saat ia bertindak menyalahi ketentuan hukum. Tetapi kepandiran tidak akan dapat dijadikan dalih untuk membagus-baguskan orang yang bersangkutan. Ada sementara orang Yahudi yang percaya bahwa Tuhan bergulat dengan Israil hingga nyaris jatuh tersungkur di hadapannya. Sementara itu orang-orang Nasrani percaya bahwa seorang bayi lahir dalam keadaan menanggung laknat dosa kesalahan yang dilakukan oleh Adam dan jika orang tidak percaya bahwa Isa as mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia maka orang yang tidak percaya itulah yang terkena kutukan abadi! Orang boleh mempunyai kepercayaan apa saja tetapi janganlah ia melampaui batas lingkungan dan kedudukannya sendiri dan jangan pula mendusta-dustakan seorang nabi dan rasul yang datang untuk menjemihkan agama-agama Tuhan dan pencemaran dan menegur manusia yang lari meninggalkan kebenaran Allah dengan menyampaikan firman-Nya “Ataukah belum pernah diberitakan kepadanya apa yang terdapat di dalam kitab suci kepada Musa dan kitab suci kepada lbrahim orang yang selalu menepati janji? Yaitu bahwasanya orang yang berdosa tidak memikul dosa orang lain dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya dan bahwa usahanya itu kelak akan diperlihatkan kemudian ia akan diberi balasan yang sepadan."
Ayat-ayat suci tersebut di atas ibarat dentang suara lonceng yang membangkitkan perasaan takut dan menggugah kesadaran untuk berhati-hati dan selalu ingat. Atau ibarat rambu-rambu yang harus diindahkan orang yang melintasi berbagai persimpangan jalan agar dapat sampai ke arah yang dituju dan tidak tersesat. Tidak mengenal Islam adalah suatu kekurangan yang amat fatal dan orang tidak akan dapat menyempurnakan dirinya kecuali dengan Islam. Bagaimana orang dapat membersihkan diri jika ia tidak merasa butuh kepada taufik dan hidayah llahi kepada janji pahala dan hukuman siksa-Nya; dan bagaimana pula kalau hatinya tidak pemah sedetik pun merasa tunduk kepada-Nya dan tidak juga pemah berucap “Ya Allah ampunilah kesalahanku pada hari Kebangkitan kelak?
0 comments:
Post a Comment